Sabtu, 18 Juni 2011

Bincang Sore Seru Bersama Kak Jie (inije.com)

4 Kepribadian Inijie

1st episode with Kak Jie (inijie.com)


Hasil bincang sore seru bareng kak Jie di Sutos, banyak banget pelajaran baru yang aku dapet dari proses pembentukan personal brand kak Jie melalui inijie.com. Blog yang satu ini, memberi insiprasi tersendiri bagi saya dan mungkin bagi pembaca yang lainnya juga. Terinspirasi untuk makan, terinspirasi untuk nongkrong, terinspirasi untuk jalan-jalan, dan terinspirasi untuk nge-blog. Apa yang membuat Kak Jie mampu untuk membentuk personal brand nya melalui inijie.com? Mungkin brand positioning dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Apakah brand positioning itu? Brand positioning adalah sebuah langkah strategi dalam membentuk personal brand seseorang. Strategi ini merupakan perpaduan antara seni dan ilmiah yang menghasilkan sebuah keuntungan kompetitif ketika dibandingkan dengan pilihan yang lain. Banyak blog-blog kuliner di Indonesia yang sama-sama tentunya membahas akan makanan, namun kak Jie mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan blog-blog kuliner lain di Indonesia. Perbedaannya terletak pada tampilan foto makanan yang bening dan lezat, ditambah sama hasil tulisan Kak Jie di inijie.com yang nyantai, ibaratnya easyreading (kalau musik: easylistening,he..he..).

Selain itu yang beda adalah kak Jie tidak hanya melulu me-review masalah makanan, tapi juga tempat nongkrong, tempat jalan-jalan yang bisa dijadiin referensi tempat buat kumpul sama keluarga atau temen-temen. Konsistensinya dalam membentuk keunikan itu berjalan seiring dengan proses, seperti Kak Jie bilang,”... ini by proses ya, tapi orang-orang lain bilang, blog ku ini terkonsep”.

Brand positioning dapat saja berganti beberapa kali sampai akhirnya menemukan program yang benar-benar sukses untuk dijalankan. Hal ini juga yang sempat dialami oleh kak Jie. Di tahun pertama 2004-2005 Kak Jie menyebut masa labil (masa galau) hingga akhirnya saat ini kak Jie memilih untuk konsisten nge-blog tentang kuliner. Awalnya, kak Jie tidak terpikir untuk membuat blog, karena menurut dirinya blog (seting cerita tahun 2004) itu berisi tentang percintaan dan hal-hal yang melow yang menurutnya tidak sesuai dengan background IT pada dirinya(Information Technology). Akan tetapi berkat ‘paksaan’ dari temannya, Sugi (kata Kak Jie, boleh tulis kok namanya ), blog itu tidak selalu tentang percintaan tetapi bisa tentang berbagai hal yang kamu senangi. 

Alhasil Kak Jie mulai menulis tentang IT, akan tetapi yang mengkomen mengenai blognya hanya 1 atau 2 orang, karena tidak semua orang paham atau tahu akan IT.  Seperti layaknya merk suatu produk perusahaan yang merupakan persepsi kolektif dalam para konsumennya, brand kita juga begitu, terdiri dari berbagai persepsi yang didalamnya muncul pertanyaan-pertanyaan apa yang mereka pikirkan tentang brand yang aku tawarkan, apakah yang mereka percaya tentang brand yang aku tawarkan.

Lanjutnya, dari kegalauan (kelabilan) selama satu tahun itu, dengan secara tidak sengaja waktu jalan-jalan kak Jie memotret makanan dan di-upload-lah  kedalam blognya, dan ternyata, langsung dikomen oleh 40 orang. Dari ketidaksengajaan ini, Kak Jie memilih untuk mulai me-review  tentang makanan-makanan, mulai foto makanan dan kemudian di upload, dan karena antusiasme dan support dari para pembaca, akhirnya Kak Jie konsisten untuk nge-blog tentang kuliner sampai saat ini.

Apa sih yang membuat blog inijie.com akhirnya bisa menerapkan brand positioning yang oke dalam membentuk personal brand sebagai bloger kuliner? Kak Jie memilih untuk “berubah” menjadi sang avatar (inget Avatar:The Legend of Aang?  hehe) tetapi bukan gabungan 4 bangsa yakni suku air, kerajaan bumi, negara api, dan pengembara udara, melainkan kak Jie menggabungkan 4 kepribadian yang menurutnya jika digabungkan akan menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi dirinya. Mark Zuckerberg (pencipta facebook: seorang programer), Darwis Triadi (seorang fotografer), Raditya Dika (seorang penulis), dan Pak Bondan (bapak kuliner Indonesia), yang ke-empat karakter ini sebenarnya menggambarkan diri Kak Jie sendiri. Kak Jie seorang programer (kuliah jurusan informatika), hobi foto, suka menulis, dan suka makan. Dari ke-empat kepribadian ini Kak Jie mampu membentuk strategi penempatan yang membuat dirinya berbeda dari blog-blog kuliner yang lain. 

Dari “kepemilikan” 4 kepribadian itu, Kak jie mampu membentuk personal brand sebagai seorang bloger kuliner. Brand yang baik adalah brand yang mengerti kebutuhan konsumennya dan menyediakan keuntungan unik yang menemukan mereka dengan kebutuhannya. Segmentasi konsumenpun menurut Kak Jie tersaring dengan sendirinya. Karena Inije.com berisi tentang seputar makanan, tempat nongkrong atau jalan-jalan yang seru maka mayoritas pembacanya berusia 18-35 tahun, yakni mahasiswa atau profesional muda yang kebutuhannya saat ini didominasi oleh kebutuhan traveling, kuliner, dan tempat santai untuk refreshing.

Dari pembahasan diatas, konsistensi kak Jie untuk menggabungkan 4 kepribadian sebagai strategi brand positioning, akhirnya membuat kak Jie mampu membentuk personal brand yang kuat sebagai seorang bloger kuliner.  4 kepribadian itu tidak bisa dipisahkan, kalau dipisah nanti jadi beda..” (hasil cuplikan di akhir percakapan dengan kak Jie).

-dewi melani-


Bincang Sore Seru Bersama Kak Jie (inijie.com) PART 2

INIJIE INGIN MENJADI JOHNNY ANDREAN?

2nd episode with Kak Jie (inijie.com)

 

Foto-foto yang ciamik yang ada di inijie.com merupakan salah satu bentuk pelampiasan hobi Kak Jie di dunia fotografi. Perhatiannya pada dunia fotografi dimulai sejak tahun 2009 akhir hingga saat ini 2011 dan seterusnya J. Menjadi fotografer makanan mendatangkan banyak keuntungan bagi Kak Jie, mulai dari banyaknya tawaran untuk foto makanan dan keuntungan-keuntungan lain baik yang sifatnya finansial atau tidak.

Dari hobi fotografinya itu, Kak Jie mempunyai cita-cita menjadi seseorang seperti Johnny Andrean. Loh, alih profesi Kak? Bukan..bukan... Kak Jie terkesan dengan strategi yang dijalankan oleh Johnny Andrean. Dengan banyaknya salon Johnny Andrean di Indonesia, apakah Johnny Andrean juga yang standby di seluruh salon miliknya? Namanya Johnny Andrean tetapi apakah rambut kita ditangani langsung oleh Johnny Andrean? Yang bekerja asistennya bukan? Kalu Johnny Andrean yang langsung menanganinya pasti jelas beda dari sudut harga. Keberhasilan seperti inillah yang ingin dicapai oleh Kak Jie.

Menciptakan sebuah tujuan menjadi satu poin penting ketika kita ingin membentuk personal brand kita. Brand harus konsisten dengan dan berdasarkan prinsip, positioning, dan tujuan yang ingin dicapai (Wilson & Blumenthal, 2008). Kita ingin dikenal sebagai apa? Apa tujuan saya melakukan hal ini dan hal itu? Apa yang sebenarnya saya cari ketika saya melakukan ini semua? Merencanakan tujuan adalah sebuah kesempatan untuk mencapai impian (Wilson & Blumenthal, 2008).

Kak Jie ingin dikenal sebagai blogger kuliner dengan dukungan brand berupa foto dan review tentang dunia kuliner. Dengan adanya konsistensi ini, brand yang dimiliki kak Jie sebagai blogger kuliner akan semakin kuat, lanjut lagi brand ini akan “berpenghasilan” dengan sendirinya. Hasil dari brand itu nantinya dapat menjadi pemasok utama untuk mewujudkan keinginan kak Jie membuat studio foto termasuk tim fotografer untuk foto makanan. Akhirnya ibarat sekali dayung 2-3 benua terlampaui (nb: dayung elektrik berkekuatan super saiya), disamping kak Jie mampu untuk memperkuat brand yang dimilikinya sebagai blogger kuliner, kak Jie juga berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Johnny Andrean.

-dewi melani-

Selasa, 31 Mei 2011

THE MOST WANTED: SCHOLARSHIP (part 3)



Hehehe.... baru posting lagi, akhirnya setelah bergelut dengan ribuan angka..... saya bisa posting lagiii, yipiiie!!
Oke, kemarin itu di part 2 saya menceritakan tentang tipu muslihat lihai bin aduhai oleh lembaga beasiswa X. Dari petemuan di Surabaya kemudian lanjut konferensi di Jakarta di hotel berbintang lima, saya bersama 8 teman lainnya disuguhkan berbagai tawaran menarik ke beberapa negara baik Asia Tenggara sampai Eropa beserta janji manis dengan tawaran-tawaran menarik.
Saat itu aku memilih yang paling dekat dengan negara Indonesia, dan mayoritas yang lain memilih daerah Eropa. Baik setelah itu sehari setelah konferensi itu, pihak lembaga X menyuruh tiap anak untuk membayar 2 juta rupiah sebagai dalih untuk simpanan atau uang kas selama kita nanti studi di luar negeri. Dikirimlah melalui rekening Si pak X itu. 2 juta itu nominal terkecil yang paling dekat dengan Indonesia, yang memilih Eropa maka semakin besar.
Mama dan Papa sudah mulai sedikit curiga, tetapi curiga itu ditutup perasaan senang karena teman-teman yang lain masih semangat untuk mengikuti kepandaian lembaga X itu. Seminggu kemudian, lembaga X meminta tambahan biaya administrasi untuk mengurus biaya pendaftaran dan studi awalan sebagai pengenalan senilai 3 juta rupiah. Sampai inilah, papa saya menyuruh saya untuk mengikuti omong kosong dari lembaga X ini. Saya cukup sedih, karena hanya saya yang berhenti dalam beasiswa ini (dulu sedih sekarang sangat amat bersyukur... :)).

Teman-teman yang lain, kemudian menghubungi saya dan menanyakan kepada saya kenapa saya kok memutuskan untuk berhenti, baik saya kemudian mengatakan, finansial saya tidak cukup kalau terus-terusan bayar seperti ini. Yang bikin agak iri, teman-teman saya sering menelepon saya dan berkata, "wik kita ini minggu depan mau ke ****** mau nitip oleh-oleh?" yaa ceritanya, mereka mau studi awalan selama satu minggu di negara tujuan masing-masing. Saya hanya berkata,"Wah.. selamat yaa, ya wis aku titip kaos yang ada tulisan negaranya aja, ntar kalau emang udah mau berangkat telfon ya, ntar aku langsung capcus ke bandara".
Oke, saya tinggu 1 minggu, katanya keberangkatan mereka ditunda, minggu ke 2 tidak ada kabar, sampai minggu ke 3 teman saya telepon,"Ehm Wik,... sabar ya...... kita ini ga jadi berangkat..... untuk seterusnya..", kaget bin bingung. "Loh kenapa?", "ehm anu,,, kita ditipu....". Seketika itu saya nggak bisa ngomong apa-apa, saya nangis, saya langsung ngomong sama orangtua saya, sama teman-teman saya dan terutama pihak sekolah. Saya harus membayar 6 juta rupiah untuk pembelajaran ini.
Oke teman-teman tunggu THE MOST WANTED SCHOLARSHIP (part 4), saya akan membagi-bagi tips untuk menjadi sebuah pembelajaran bagi semua supaya tidak ada lagi korban penipuan beasiswa, cukup saya dan teman-teman saya....

@ewiksekid

Sabtu, 21 Mei 2011

THE MOST WANTED: SCHOLARSHIP (part 2)

WASPADALAH! WASPADALAH!




Halo teman-teman... Yup! Part 2 kali ini, saya bakal cerita tentang pengalaman yang membuat saya sangat lebih berhati-hati dengan yang namanya BEASISWA LUAR NEGERI! Kalo diinget ya kadang sebel, sedih, sekaligus bersyukur.


Ini terjadi 5 tahun yang lalu ketika saya duduk dikelas 1 SMA di sebuah SMAN favorit di Surabaya. Waktu itu disekolah saat itu sedang ramai-ramainya mendaftar seleksi beasiswa luar negeri melalui sebuah lembaga bernama X. Lembaga X itu menawarkan beasiswa untuk siswa SMA yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi nanti di luar negeri. Jadi, waktu itu saya mendaftar kelas 1, jadi beasiswa itu akan saya dapat ketika lulus SMA.


Banyak temen-temen yang daftar akhirnya, saya ikutan juga. Uang pendaftaran 100.000, mendaftar melalui kantor OSIS, dan mendapat tanda bukti peserta. Seminggu kemudian, saya melakukan seleksi yang bertempat di salah satu universitas negeri yang terkenal di Surabaya. Bangga, karena lawan-lawan saya sudah duduk di kelas 2 dan 3. Sempet grogi juga soalnya, pesertanya mencapai 500 peserta dari berbagai SMA baik dari Surabaya dan diluar Surabaya. Kami mengerjakan tes tulis secara massal di aula.


Lembaga ini kemudian, menawarkan untuk menjadi member dengan iming-iming fasilitas informasi beasiswa yang lain di kemudian hari dengan membayar 15.000 tiap orang. Yup benar! karena saya begitu antusias, saya juga mendaftar jadi member, hehe...


Oke, dari sini keganjalan pertama muncul (saya tidak menyadari sebelumnya bahwa ini ganjal, hahaha...). Seleksi ini sistemnya gugur, dari tes masal, saya lolos untuk seleksi kedua. Seleksi kedua, berupa presentasi visi misi didepan peserta lain dan tempatnya tetap di aula. Keganjalan kedua (tetap saya terbuai olehnya... :p) mulai dari pendaftaran ulang, bayar member, sampai MC sekalipun cuma ditangani sama 5 orang yang sama! Hebat banget orang-orang ini ya, lihai, licik, tapi perkasa. Gimana ga perkasa, menangani administrasi 500 orang, MC pula!


Dari hasil itu diumumkan 30 besar, dan saya sangat bersyukur (waktu itu...) saya lolos 30 besar, hehehe... Seminggu kemudian, saya mendapatkan undangan bersama orangtua untuk menghadiri penyampaian program oleh lembaga X itu, tempatnya ga main-main, dilakukan dan bekerjasama dengan salah satu Universitas Negeri lainnya yang juga terkenal di Surabaya. Wah, orang tua saya senang sekali (waktu itu juga...), kami datang, dan ternyata 5 orang yang saya ceritakan sebelumnya juga menangani pertemuan ini (keganjalan ke 3). Dari pertemuan itu, kami diminta untuk membayar 1,5 juta. 1,5 juta ini sebagian untuk administrasi dan sebagian lagi masuk ke kas lembaga tersebut atas nama kami (kita bayar kas lah istilahnya dan katanya sih bisa diambil, waktu itu juga... ).


Setelah itu, dari 30 orang yang diundang yang menyatakan lanjut ada 9 orang dan sisanya memilih mundur karena alasan yang bermacam-macam. Awalnya saya ragu, tetapi orangtua saya mendukung karena ayah saya sebagian besar waktunya bekerja diluar negeri jadi yang berbau luar negeri pasti semangat (kalau tau akhirnya mengenaskan, mungkin jelas ga semangat.... ). 9 orang itu termasuk saya (kayaknya berhasil kena pelet waktu itu...), teman-teman saya lainnya adalah anak-anak yang pintar dan ada juga yang salah satu finalis pemilihan putra-putri daerah, ada juga yang artis. Siip, saya lanjut ke seleksi selanjutnya.


Petemuan selanjutnya dilakukan di Jakarta di salah satu hotel bintang 5 dan menurut saya, wiih gilak nih lembaga keren banget. Oke kami berangkat kesana dan menghadiri konferensi mini berisi penjelasan sistem pemberian beasiswa. Dari sinilah keganjalan-keganjalan itu semakin terlihat jelas dan saya semakin 'terlenaaa...huwooo huwooo terlena.... --" Dari penjelasan dan berlanjut ke beberapa tipuan muslihat lainnya membuat saya akhirnya MUNDUR DARI PROGRAM INI dan kehilangan 6 JUTA rupiah (ini nominal kehilangan paling kecil)!! looh ada apa ini??






To be continued......


Kamis, 19 Mei 2011

THE MOST WANTED: SCHOLARSHIP

Soal yang satu ini ibarat lagu,"Jatuh bangun akuuuu mengejarmuuuu, namun dirimuu tak mau mengerti....." yap benar sekali! Beasiswa apalagi keluar negeri jadi inceran dan diburu oleh banyak orang. Baik beasiswa yang sifatnya full scholarship ampe yang gratisnya cuma pendaftaran sekolah aja.

Beberapa hari kedepan saya akan berbagi cerita sama temen-temen yang baca posting-an ini. Sedikit curhat, saya sudah mencoba berbagai macam bentuk beasiswa baik untuk waktu 4 tahun sampai hanya 2 minggu, dan kebanyakan gagal. Mungkin kegagalan ini bisa buat senjata temen-temen supaya berhasil. Mungkin ada beberapa nama berikut yang tidak asing menurut kalian. Bina Antarbudaya, IIEF, Erasmus Mundus, sampai PCMI. Saya akan menceritakan pengalaman menarik dari teman-teman saya yang sudah berangkat melalui program-program tersebut, jadi bisa belajar langsung dari pakarnya, karena diantara nama-nama tersebut saya selalu mendapatkan kartu "Coba lagi tahun depan", hehe..

Baiklah teman-teman, tunggu posting-an berikutnya. Episode pertama mungkin berbagi tips untuk memilih beasiswa yang benar akan keberadaannya. Sebagai informasi saya pernah ditipu oleh satu pihak pemberi beasiswa. Sebut saja lembaga itu adalah lembaga X (bukan nama sebenarnya...) yang jelas bukan nama-nama yang saya sebutkan sebelumnya. :)

Ok teman-teman. Ini bisa dibilang, bersambung....

Kamis, 07 Oktober 2010

Faktor Bawaan Vs Faktor Lingkungan


Perdebatan mengenai manakah yang lebih dominan antara faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam penentuan tingkat intelegensi seseorang sampai saat ini tetap terus berkembang.  Baiknya kita lebih dulu mengerti arti heretabilitas. heretabilitas adalah konsep mengenai sejauh mana suatu sifat dapat diwariskan. Dengan konsep tersebut, kita dapat menentukan proporsi variasi suatu sifat yang disebabkan oleh faktor keturunan sekaligus menentukan proporsi suatu sifat yang ditentukan oleh faktor lingkungan.

Faktor bawaan berasal dari kandungan gen yang ada didalam diri seseorang. Faktor turunan disebut juga faktor herediter. Faktor herediter menentukan batas dan kemungkinan yang dapat dilakukan oleh organisme dalam lingkungan hidupnya (Azwar, 2010: 72). Awal mulanya, manusia berkembangan dari pembuahan sel telur dan sperma dan masing-masing berisi 23 kromosom. kromosom-kromosom tersebut berisi struktur faktor-faktor herediter. Dalam kromosom tersebut, disanalah terdapat gen. Gen inilah yang menentukan sifat-sifat unik dari hidup seseorang, bagaimana seseorang memiliki mata coklat, badan yang tinggi, rambut keriting dan sebagainya.

Faktor lingkungan berasal dari behave atau kebiasaan seseorang dalam sehari-hari, pengalaman belajar seseorang, budaya, dan pola asuh yang diterima oleh seseorang. Seorang anak bisa memiliki skor IQ yang tinggi, namun apabila tidak diimbangi dengan pemberian stimulus yang positif maka hasilnya tidak seimbang dengan kemampuan intelegensi yang dimilikinya. 

Dari dua paragraf diatas, sejatinya seseorang dipengaruhi oleh faktor warisan yang diberikan selama kandungan dan juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Namun dalam hal ini, tidaklah sama peranan keduanya dalam membentuk suatu karakter individu. Mungkin saja dalam suatu sifat A yang lebih dominan adalah faktor bawaan dan dalam suatu sifat B yang lebih dominan adalah faktor lingkungan.

Untuk mengetahui sejauh mana peran kedua faktor tersebut, kita dapat mengetahui melalui beberapa penelitian (Azwar, 2010) yaitu:

1. Hereditas Terkendali dan Lingkungan Bervariasi

Dimana dalam penelitian model seperti ini ingin dikethaui apa dampak lingkungan yang bervariasi pada kembar identik yang dibesarkan dalam lingkungan yang sama dan kembar identik yang dibesarkan dalam lingkungan terpisah dengan melihat perbedaan tingkah laku mereka dalam menanggapinya.

2. Lingkungan terkendali dan hereditas bervariasi

Sebelumnya, menurut Azwar, menempatkan suatu manusia dalam lingkungan yang terkendali adalah sebuah hal yang mustahil untuk dilakukan. Oleh karena itulah dalam penelitian model seperti ini dilakukan pada hewan karena hewan lebih mudah dicegah atas pengaruh dari luar yang tidak terkendali.

3. Studi Kemiripan Keluarga

Mempelajari kemiripan yang terjadi antara anak-orang tua, antara saudara kandung, antara anak-keponakan, antara kembar identik, dan antara kembar fraternal. Bila hereditas memang memiliki pengaruh signifikan terhadap individu dan pengaruh lingkungan terkontrol maka mereka yang memiliki hubungan yang lebih dekat tentu akan lebih mirip satu sama lain.

4. Studi Sejarah Keluarga

Mengetahui melalui silsilah keluarga atau garis keturunan dari beberapa generasi. Studi sejarah keluarga dapat menunjukkan adanya bukti-bukti akan efek faktor keturunan sekalipun tidak meustahil pula menghasilkan bukti tanpa adanya pengaruh lingkungan.

Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan secara awal bahwa kedua faktor tersebut sangatlah berpengaruh bagi intelegensi seseorang. Mari kita ingat teori Cattel yang menjelaskan tentang dua jenis kemampuan mental yakni fluid intelligent dan crystallized intelligent, dimana ada kemampuan mental yang memang bawaan sejak lahir dan tetap mendapat pengaruh dari budaya dan pengalaman belajar seseorang terhadap kemampuan mental yang dimilikinya.

Kalau menurut kalian, mana sih yang lebih dominan atau memang keduanya sama-sma membawa pernanan penting dalam menentukan tingkat intelegensi seseorang?


Sumber Bacaan: Azwar, Saifuddin Dr. 2010. Pengantar Psikologi Intelegensi. Pustaka pelajar: Yogyakarta


         


Rabu, 06 Oktober 2010

EGOISME PSIKOLOGIS


Egoisme Psikologis

           Apakah yang melandasai kita untuk melakukan sesuatu demi orang lain? apakah memang didasarkan dari dalam diri ataukah memang ditujukan untuk orang yang baru saja kita tolong?

“Menurut teori egoisme psikologis bahwa setiap tindakan manusia dimotivasikan oleh kepentingan diri. Kita boleh yakin diri kita luhur dan suka berkorban, tetapi hal itu hanyalah ilusi. Dalam kenyataannya, kita peduli hanya pada diri kita.”( Rachels, 2004). Orang yang paling baik-pun yang terbilang paling dermwan diantara yang lain pasti memiliki motif-motif tertentu yang berasal dari dalam diri yang membuatdirinya melakukan kegiatan dermawan tersebut. setidaknya minimal ornag tersebut ingin mendapatkan balasan dari Tuhan atas perbuatannya itu, ingin mendapatkan kebahagiaan untuk kehidupannya.

Sehingga disini kita masuk kedalam dua argumen yakni yang pertama apakah yang kita kerjakan untuk menyesuaikan dengan apa yang kita inginkan. Yang kedua apakah yang kita kerjakan dapat membuat kita sejahtera. Lagi-lagi kita kembali pada pemikiran bahwa perbuatan altruisme sekalipun pasti didasari oleh motif yang ada dalam diri.

Benarkah kita melakukan perbuatan altruisme seakan-akan untuk orang lain? jika memang seperti itu adanya, tidakkah dalam diri kita muncul perasaan takut apabila tidak menolong nantinya ketika kita membutuhkan pertolongan tidak ada seorangpun yang akan menolong kita.

Tentunya setiap orang melakukan berbagai kegiatan didasari atas motif tertentu. Bisa saja orang bertindak karena rakus, karena marah, nafsu, merupakan sebuah kewajiban, karena khawatir, karena takut dan sebagainya.

Menurut Hobbes ada dua motif umum yang melandasi manusia untuk berbuat sesuatu untuk orang lain. yang pertama adalah cinta-kasih dan yang kedua adalah belas kasih. Cinta kasih merupakan kesenangan yang diperoleh seseorang dalam memperlihatkan kekuatan dalam dirinya. Sementara belas kasih lebih pada menaruh simpati pada orang lain atas apa yang telah kita lakukan. Dari kedua motif umum tersebut kemudian kita masuk kedalam sebuah pemikiran yang lebih kompleks lagi mengenai kepentingan diri. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah apa yang kita rasa penting untuk dilakukan. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah apa yang dapat membuat kita senang, dan apa yang kita lakukan sebenarnya adalah apa yang dapat membuat kita nikmat.

Perlunya kita membedakan antara berkutat diri (self-fishness) dengan kepentingan diri (self-interest) dan dengan mencari kenikmatan (pursuit of pleasure). Jika kepetingan diri, kita melakukan sesuatu tanpa mengganggu kepentingan yang lain, murni apa yang kita lakukan berdampak langsung pada diri kita. sementara mencari kenikmatan lebih menekankan bahwa kita melakukan banyak hal yang menyenangkan. Sementara apa itu berkutat diri? Berkutat  diri adalah tindakan yang kita lakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain dan hanya terfokus dengan apa yang sedang ingin kita lakukan. Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tidak ada kegiatan yang semua karena kita ingin berkutat diri atau semua perbuatan yang kita lakukan demi kepentingan diri.

Menjadi pembahasan menarik bagi kita mengenai egoisme psikologis itu sendiri. Kembali pada masing-masing dari kita, motivasi apakah yang mendasari kita untuk melakukan sesuatu?

 

 

Sumber Bacaan:

Rachels, J., 2004. Filsafat Moral  (Terjemahan) Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

 

 

--:--