Rabu, 06 Oktober 2010

EGOISME PSIKOLOGIS


Egoisme Psikologis

           Apakah yang melandasai kita untuk melakukan sesuatu demi orang lain? apakah memang didasarkan dari dalam diri ataukah memang ditujukan untuk orang yang baru saja kita tolong?

“Menurut teori egoisme psikologis bahwa setiap tindakan manusia dimotivasikan oleh kepentingan diri. Kita boleh yakin diri kita luhur dan suka berkorban, tetapi hal itu hanyalah ilusi. Dalam kenyataannya, kita peduli hanya pada diri kita.”( Rachels, 2004). Orang yang paling baik-pun yang terbilang paling dermwan diantara yang lain pasti memiliki motif-motif tertentu yang berasal dari dalam diri yang membuatdirinya melakukan kegiatan dermawan tersebut. setidaknya minimal ornag tersebut ingin mendapatkan balasan dari Tuhan atas perbuatannya itu, ingin mendapatkan kebahagiaan untuk kehidupannya.

Sehingga disini kita masuk kedalam dua argumen yakni yang pertama apakah yang kita kerjakan untuk menyesuaikan dengan apa yang kita inginkan. Yang kedua apakah yang kita kerjakan dapat membuat kita sejahtera. Lagi-lagi kita kembali pada pemikiran bahwa perbuatan altruisme sekalipun pasti didasari oleh motif yang ada dalam diri.

Benarkah kita melakukan perbuatan altruisme seakan-akan untuk orang lain? jika memang seperti itu adanya, tidakkah dalam diri kita muncul perasaan takut apabila tidak menolong nantinya ketika kita membutuhkan pertolongan tidak ada seorangpun yang akan menolong kita.

Tentunya setiap orang melakukan berbagai kegiatan didasari atas motif tertentu. Bisa saja orang bertindak karena rakus, karena marah, nafsu, merupakan sebuah kewajiban, karena khawatir, karena takut dan sebagainya.

Menurut Hobbes ada dua motif umum yang melandasi manusia untuk berbuat sesuatu untuk orang lain. yang pertama adalah cinta-kasih dan yang kedua adalah belas kasih. Cinta kasih merupakan kesenangan yang diperoleh seseorang dalam memperlihatkan kekuatan dalam dirinya. Sementara belas kasih lebih pada menaruh simpati pada orang lain atas apa yang telah kita lakukan. Dari kedua motif umum tersebut kemudian kita masuk kedalam sebuah pemikiran yang lebih kompleks lagi mengenai kepentingan diri. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah apa yang kita rasa penting untuk dilakukan. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah apa yang dapat membuat kita senang, dan apa yang kita lakukan sebenarnya adalah apa yang dapat membuat kita nikmat.

Perlunya kita membedakan antara berkutat diri (self-fishness) dengan kepentingan diri (self-interest) dan dengan mencari kenikmatan (pursuit of pleasure). Jika kepetingan diri, kita melakukan sesuatu tanpa mengganggu kepentingan yang lain, murni apa yang kita lakukan berdampak langsung pada diri kita. sementara mencari kenikmatan lebih menekankan bahwa kita melakukan banyak hal yang menyenangkan. Sementara apa itu berkutat diri? Berkutat  diri adalah tindakan yang kita lakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain dan hanya terfokus dengan apa yang sedang ingin kita lakukan. Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tidak ada kegiatan yang semua karena kita ingin berkutat diri atau semua perbuatan yang kita lakukan demi kepentingan diri.

Menjadi pembahasan menarik bagi kita mengenai egoisme psikologis itu sendiri. Kembali pada masing-masing dari kita, motivasi apakah yang mendasari kita untuk melakukan sesuatu?

 

 

Sumber Bacaan:

Rachels, J., 2004. Filsafat Moral  (Terjemahan) Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

 

 

--:--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar